cover
Contact Name
eko subaktiansyah
Contact Email
eko.subaktiansyah@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
support@inajog.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology (Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia)
ISSN : 23386401     EISSN : 23387335     DOI : -
Core Subject : Health,
The Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology is an official publication of the Indonesian Society of Obstetrics and Gynekology. INAJOG is published quarterly.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue " Volume. 31, No. 2, April 2007" : 7 Documents clear
Evaluasi pasca Radiofrequency Thermal Ablation pada Mioma Uteri dan Adenomiosis DINATA, F.; WIWEKO, B.; HESTIANTORO, A.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 31, No. 2, April 2007
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.743 KB)

Abstract

Tujuan: Untuk mengetahui manfaat miolisis dengan radiofrequency thermal ablation terhadap mioma uteri dan adenomiosis. Tempat: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Rancangan/rumusan data: Penelitian ini bersifat deskriptif. Bahan dan cara kerja: Delapan orang pasien yang menderita mioma uteri dan atau adenomiosis bergejala menjalani miolisis dengan radiofrequency thermal ablation baik transvaginal maupun per laparoskopik. Satu bulan pascaoperasi, pasien dievaluasi kembali ukuran massa dengan ultrasonografi dan perubahan gejala yang berkaitan dengan kedua patologi uterus tersebut. Hasil: Dari pasien yang diteliti, 5 pasien (62,5%) menderita adenomiosis, dan 3 pasien (37,5%) menderita mioma uteri. Rata-rata diameter dan volume massa paling besar per pasien berturut-turut adalah 4,6 cm (1,4 - 9,0) dan 694,3 cm3 (11,5 - 3061,8). Tujuh pasien (87,5%) mengeluh dismenorea, dan hanya 1 pasien mengeluh menorragia. Tiga pasien (37,5%) menjalani miolisis laparoskopik. Tidak terdapat komplikasi intraoperatif atau pascaoperatif. Rata-rata reduksi volume massa pada follow-up 1 bulan adalah 67,5%; reduksi mioma uteri mencapai 81,5%; sedangkan adenomiosis 59,1%. Pada follow-up tersebut, semua pasien menyatakan keluhan dismenorea atau menorragia menghilang. Kesimpulan: Pada penelitian pendahuluan ini, miolisis dengan radiofrequency thermal ablation telah berhasil mengurangi volume mioma uteri dan adenomiosis serta menghilangkan gejalanya. Diperlukan follow-up serial dan penelitian tambahan untuk menilai efikasi dan keamanan teknik ini. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-2: 79-85] Kata kunci: mioma uteri, adenomiosis, miolisis, radiofrequency
Kajian pemberian neoadjuvant kemoterapi pada karsinoma ovarium stadium lanjut di RS Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2000 - 2005 FAUZIAH, I.; ANDRIJONO, ANDRIJONO
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 31, No. 2, April 2007
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.702 KB)

Abstract

Tujuan: Mengevaluasi pemberian perioperatif neoadjuvant kemoterapi pada penderita karsinoma ovarium stadium lanjut di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, serta mengetahui pencapaian sitoreduksi optimal, morbiditas pembedahan dan kualitas hidup. Rancangan/rumusan data: Studi retrospektif deskriptif pada pasien karsinoma ovarium lanjut yang mendapat neoadjuvant kemoterapi antara 1 Januari 2000 hingga 30 Juni 2006. Bahan dan cara kerja: Data diambil secara berurutan dari status penderita karsinoma ovarium stadium lanjut yang ada di catatan medik rawat inap dan rawat jalan di bagian Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta antara 1 Januari 2000 hingga 30 Juni 2006. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program statistik SPSS 12. Hasil: Didapatkan 29 pasien selama kurun waktu penelitian. Pemilihan pasien yang akan diberi neoadjuvant kemoterapi tidak berdasarkan pada nilai CA 125 > 500 U/mL, serta tidak berdasarkan temuan ascites dan efusi pleura. Kemungkinan berdasarkan dari keadaan umum pasien, sayangnya data tersebut tidak diperoleh pada penelitian ini karena ketidaklengkapan data. Dari 29 pasien tersebut, 8 pasien respon terhadap terapi dan kemudian dilakukan pembedahan. Pencapaian sitoreduksi optimal pasien karsinoma stadium lanjut yang diberikan neoadjuvant kemoterapi sebesar (37,5%), lebih tinggi dibandingkan penelitian multicenter pada terapi konvensional yang hanya 20-30%. Namun, belum dapat dilihat bahwa pemberian neoadjuvant kemoterapi juga dapat menurunkan morbiditas pembedahan dan memperbaiki kualitas hidup pada pasien dengan keadaan umum buruk, karena ketidaklengkapan data. Kesimpulan: Sitoreduksi optimal dilakukan pada 37,5% pasien yang mendapat neoadjuvant kemoterapi, lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian dengan terapi konvensional. Belum didapatkan perbedaan dalam hal morbiditas dan perbaikan kualitas hidup. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-2: 86-91] Kata kunci: karsinoma ovarium stadium lanjut, neoadjuvant kemoterapi, residu tumor, perdarahan, perawatan ICU, kualitas hidup
Perbandingan kadar asam folat pada kehamilan dengan preeklampsia dan kehamilan normal JAYAKUSUMA, A.A. N.; KARKATA, M. K.; DARMAYASA, K.; GUNUNG, K.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 31, No. 2, April 2007
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.177 KB)

Abstract

Tujuan: Membandingkan konsentrasi asam folat pada kehamilan dengan preeklampsia dan kehamilan normal dan hubungannya dengan peningkatan konsentrasi homosistein dan tekanan darah. Bahan dan cara kerja: Penelitian kasus-kontrol mengikutsertakan 30 pasien preeklampsia sebagai kasus dan 30 pasien dengan kehamilan normal sebagai kontrol. Imx Folate Reagent Pack dari Abbott Laboratories digunakan untuk mengukur konsentrasi asam folat plasma, sedang konsentrasi homosistein diukur dengan Fluorescent Polarization Immunology Assay. Analisis dilakukan dengan tes Kai-kuadrat atau Fishser’s Exact, T test dan korelasi Pearson. Hasil: Rerata konsentrasi asam folat plasma pada pasien preeklampsia (12,32 ng/mL) lebih rendah dibanding dengan yang didapat pada kehamilan normal (14,22 ng/mL), namun secara statistik tidak berbeda bermakna (p=0,275). Didapatkan perbedaan bermakna (p=0,027) antara rerata konsentrasi homosistein pasien preeklampsia (9,71 μmol/L) dan pasien dengan kehamilan normal (6,13 μmol/L). Tidak terbukti korelasi negatif konsentrasi asam folat plasma (r=-0,3; p=0,123) dan homosistein (r=-0,1; p=0,551) antara pasien preeklampsia dengan kehamilan normal. Namun didapatkan korelasi negatif yang bermakna dari konsentrasi asam folat plasma dengan tekanan sistolik (r=-0,4; p=0,030) dan tekanan diastolik (r=-0,4; p=0,030) pada pasien preeklampsia. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini tidak didapatkan perbedaan bermakna antara konsentrasi asam folat plasma pasien preeklampsia dengan kehamilan normal. Didapatkan hubungan bermakna antara asam folat plasma dengan tekanan sistolik dan diastolik pada pasien preeklampsia. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-2: 61-5] Kata kunci: preeklampsia, asam folat, homosistein, tekanan darah sistolik/diastolik
Hubungan antara interleukin-10 (IL-10) dan interferon-y (IFN-y) pada jaringan trofoblas dan sel sitotrofoblas: dengan kegagalan proses diferensiasi, invasi, dan pseudovaskulogenesis trofoblas pada patogenesis preeklampsia KEMAN, K.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 31, No. 2, April 2007
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1604.219 KB)

Abstract

Tujuan: Menganalisis hubungan antara IL-10 dan IFN-γ pada jaringan trofoblas dan sel sitotrofoblas, dengan proses diferensiasi, invasi dan pseudovaskulogenesis sel sitotrofoblas, pada patogenesis preeklampsia. Rancangan/rumusan data: Studi potong lintang menggunakan sampel biopsi trofoblas plasenta dari persalinan preeklampsia ringan, preeklampsia berat dan eklampsia, dibandingkan dengan kontrol persalinan normal. Bahan dan cara kerja: Tahap I: Preparasi histokimia, imunohistokimia, isolasi sel sitotrofoblas, imunositokimia sel sitotrofoblas, uji dot blot, SDS-Page, dan Western bloting protein IL-10, IFN-γ, MMP-9, HLA-G, dan VE-Cadherin dari isolat sitotrofoblas plasenta normal, preeklampsia ringan, preeklampsia berat, dan eklampsia. Tahap II dan III: Imunohistokimia jaringan trofoblas dan ELISA untuk pengukuran IL-10, IFN-γ, HLA-G, MMP-9, dan VE-Cadherin; dari isolat sitotrofoblas plasenta normal, preeklampsia ringan, preeklampsia berat, dan eklampsia. Hasil: Distribusi IL-10, IFN-γ, HLA-G, MMP-9, dan VE-Cadherin, pada jaringan trofoblas normal = 44,80 ± 8,28 sel/μm2, 41,60 ± 4,38 sel/μm2, 43,40 ± 5,46 sel/μm2, 46,30 ± 5,08 sel/μm2, dan 28,40 ± 3,31 sel/μm2; preeklampsia ringan = 31,40 ± 2,99 sel/μm2, 25,90 ± 3,87 sel/μm2, 43,40 ± 5,46 sel/μm2, 28,60 ± 2,37 sel/μm2, dan 17,90 ± 3,11 sel/μm2; preeklampsia berat = 18,30 ± 4,40 sel/μm2, 32,10 ± 3,63 sel/μm2, 34,90 ± 3,31 sel/μm2, 22,50 ± 3,87 sel/μm2, dan 12,80 ± 1,40 sel/μm2, dan eklampsia = 12,50 ± 2,95 sel/μm2, 41,60 ± 4,38 sel/μm2, 8,70 ± 2,87 sel/μm2, 12,10 ± 2,92 sel/μm2, dan 6,50 ± 1,72 sel/μm2. Konsentrasi IL-10, IFN-γ, HLA-G, MMP-9, dan VE-Cadherin, pada isolat sitotrofoblas normal = 206,07 ± 3,55 pg/ml, 85,21 ± 0,80 pg/ml, 3,58 ± 0,25 pg/ml, 23,70 ± 0,15 pg/ml, dan 5,74 ± 0,38 pg/ml; preeklampsia ringan = 192,59 ± 6,07 pg/ml, 87,35 ± 2,27 pg/ml, 3,58 ± 0,25 pg/ml, 22,99 ± 0,43 pg/ml, dan 5,24 ± 0,34 pg/ml preeklampsia berat = 186,25 ± 9,05 pg/ml, 87,62 ± 2,66 pg/ml, 2,82 ± 0,24 pg/ml, 22,93 ± 0,17 pg/ml, dan 4,96 ± 0,32 pg/ml; dan eklampsia = 183,64 ± 3,34 pg/ml, 89,64 ± 1,94 pg/ml, 2,57 ± 0,29 pg/ml, 22,71 ± 0,58 pg/ml, dan 4,89 ± 0,52 pg/ml. Kesimpulan: Makin tinggi distribusi dan konsentrasi IL-10; makin rendah distribusi dan konsentrasi IFN-γ pada jaringan trofoblas dan sel sitotrofoblas; makin ringan penyakit preeklampsia. Makin rendah distribusi dan konsentrasi IL-10; makin tinggi distribusi dan konsentrasi IFN-γ pada jaringan trofoblas dan intrasel sitotrofoblas; makin rendah diferensiasi, invasi dan pseudovaskulogenesis sel sitotrofoblas; makin berat penyakit preeklampsia. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-2: 92-115] Kata kunci: IL-10, IFN-γ, trofoblas, patogenesis preeklampsia
Kesintasan Pasien Karsinoma Ovarium dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (Pemantauan 5 tahun) KHONSA, O.; NURANNA, L.; SUTRISNA, B.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 31, No. 2, April 2007
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.487 KB)

Abstract

Latar belakang: Kanker ovarium merupakan kanker ketujuh tersering ditemukan di seluruh dunia. Beberapa tulisan menekankan pentingnya faktor-faktor prognostik untuk perencanaan dan prediksi hasil pengobatan. Kesintasan kanker ovarium yang dilaporkan bervariasi berdasarkan stadium saat ditemukan. Di Indonesia, dalam hal ini di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, data-data seperti yang disebutkan di atas masih terbatas. Tujuan: Mengetahui kesintasan 1 tahun hingga 5 tahun dari penderita karsinoma ovarium yang ditatalaksana di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan hubungannya dengan faktor usia, derajat dan jenis histopatologi, jenis pembedahan, adanya asites, adanya residu tumor, dan pemberian kemoterapi adjuvan. Tempat: Departemen/KSMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Bahan dan cara kerja: Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan penelitian kohort hostoris. Data yang diperoleh dianalisis dengan program Kaplan-Maier. Analisis multivariat menggunakan model cox proportional hazard regresi. Hasil: Terdapat 270 kasus kanker ovarium selama kurun waktu 1998 - 2003, hanya 178 kasus yang masuk dalam kriteria inklusi. Subjek penelitian berusia rata-rata 42,7 tahun. Sebanyak 43,8% kasus mendapatkan operasi adekuat, sementara 51,7% kasus diketahui sudah tergolong stadium III. Sebanyak 27% kasus berjenis histopatologi serosum, sisanya adalah musinosum, sel bening, endometrioid dan lainnya. Sebanyak 52 kasus (29,2%) mendapat kemoterapi secara lengkap. Kesintasan keseluruhan karsinoma ovarium adalah 89,3% (1 tahun); 69,7% (3 tahun); dan 54,8% (5 tahun). Kesintasan 5 tahun stadium I: 94,3%; stadium II: 75%; stadium III: 31%. Kesintasan 2 tahun stadium IV sebesar 11,7%. Usia muda tidak terbukti bermakna memberi kesintasan lebih baik dibanding usia lebih tua. Tindakan operasi adekuat primer, adanya asites, adanya residu tumor, jenis histopatologi, derajat diferensiasi, tidak terbukti bermakna mempengaruhi kesintasan karsinoma ovarium. Stadium FIGO terbukti bermakna sebagai faktor prognostik independen (HR 9,2 kali pada stadium III dan 26,5 kali pada stadium IV). Sementara pemberian kemoterapi terbukti bermakna sebagai faktor prognostik independen dengan efek protektif kemoterapi komplit (HR 1.53 x 10-8) dan kemoterapi inkomplit dengan HR 9.14 x 10-7. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-2: 66-72] Kata kunci: karsinoma ovarium, kesintasan, faktor prognostik, stadium, kemoterapi
Polimorfisme sebagai suatu uji genetik: Sebuah tinjauan kritis BAZIAD, A.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 31, No. 2, April 2007
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.282 KB)

Abstract

Tujuan: Menelaah perkembangan penggunaan polimorfisme sebagai suatu uji genetik yang masih menimbulkan banyak silang pendapat. Rancangan/rumusan data: Kajian pustaka. Hasil: Gen terdiri dari berbagai variasi yang dapat menggambarkan berbagai jenis penyakit pada manusia dan dengan polimorfisme dapat juga menentukan dosis obat yang tepat bagi seseorang. Pengaruh lingkungan sangatlah besar terhadap gen. Polimorfisme yang ditemukan di suatu negara belum tentu sama dengan polimorfisme di negara yang lain, karena memang pengaruh lingkungan setiap negara berbeda-beda. Oleh karena itu sangat penting setiap negara memiliki sendiri-sendiri variasi gen. Kurang tepat kalau merujuk dengan variasi-variasi gen yang ditemukan di negara-negara maju. Kesimpulan: Pemeriksaan polimorfisme sangat berguna untuk menentukan apakah seseorang individu menderita penyakit tertentu, sehingga diharapkan dapat dilakukan pengobatan dan pencegahan dini. Dengan polimorfisme juga dapat ditentukan dosis obat yang tepat, mencegah efek samping yang tidak diinginkan. Namun polimorfisme telah menimbulkan kritik di berbagai negara. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-2: 116-20] Kata kunci: polimorfisme, uji genetik
Karakteristik Pasien Endometriosis di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Selama Periode 1 Januari 2000 - 31 Desember 2005 PUSPASARI, B.; BAZIAD, A.; HESTIANTORO, A.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 31, No. 2, April 2007
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.575 KB)

Abstract

Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien endometriosis yang berobat ke RSCM. Rancangan/rumusan data: Studi deskriptif. Karakteristik pasien endometriosis di RSCM. Tempat: Poliklinik Imunoendokrinologi Reproduksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM Jakarta. Bahan dan cara kerja: Dilakukan pendataan dari catatan medik tentang karakteristik faktor risiko semua pasien endometriosis baru yang didiagnosis pertama pada tanggal 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember 2005 dengan hasil histopatologi (+) endometriosis. Hasil: Didapatkan 111 sampel yang sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan. Rerata usia pasien adalah 33,39 ± 6,40 tahun, di mana yang terbanyak adalah kelompok usia 30 - 34 tahun (29,72%). Sebagian besar pasien (68,47%) datang atas keinginan sendiri, dan hanya 1 pasien (0,9%) rujukan dari bidan. Sisanya rujukan dokter umum dan SpOG. Lebih dari separuh (63,96%) pasien mengalami dismenorea, tetapi pasien yang datang dengan keluhan utama dismenorea hanya 29,73%. Pasien lain datang dengan keluhan nyeri perut (27,3%), benjolan di perut (22,52%), gangguan haid (10,81%), ingin anak (7,21%) dan gangguan berkemih (2,71%). Sebagian besar subjek sudah menikah (77,48%), dan hampir separuhnya (48,84%) mengalami infertilitas, baik primer maupun sekunder. Rerata usia menars adalah 13,19 ± 1,87 tahun. Usia menars terbanyak adalah 12 tahun, sebanyak 36 pasien (32,43%). Sebagian besar pasien (85,59%) memiliki siklus haid normal (antara 21 - 35 hari), dengan banyaknya haid yang juga normal (2 - 5 pembalut/ hari). Untuk lama haid, ternyata cukup banyak pasien yang mengalami haid lebih lama dari lama haid normal, yaitu sebanyak 48,65%. Hampir seluruh subjek tidak menggunakan kontrasepsi oral (91%). Berdasarkan diagnosis preoperatif, sebanyak 35,13% pasien terdiagnosis sebagai endometriosis. Sebanyak 26,13% pasien mempunyai diagnosis preoperatif selain endometriosis atau adenomiosis. Intra operatif dilakuan penilaian stadium endometriosis menurut (revised) American Fertility Society (AFS 1 - 4), di mana sebagian besar pasien menderita endometriosis stadium 3 dan 4 (sedang - berat), yaitu sebanyak 44,14% dan 46,35%. Pada penelitian ini didapatkan keluhan dismenorea lebih banyak ditemukan pada stadium 4, yaitu sebanyak 49,30%, walaupun terdapat 2 pasien (2,81%) pasien dengan dismenorea berada pada stadium 1 (minimal). [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-2: 73-8] Kata kunci: endometriosis, karakteristik, faktor risiko

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2007 2007


Filter By Issues
All Issue Volume 11 No. 4 October 2023 Volume 11 No. 3 July 2023 Volume 11 No. 2 April 2023 Volume 11 No. 1 January 2023 Volume 10 No. 4 Oktober 2022 Volume 10 No. 3 July 2022 Volume 10 No. 2 April 2022 Volume 10 No. 1 January 2022 Volume 9 No. 4 October 2021 Volume 9 No. 3 July 2021 Volume 9 No. 2 April 2021 Volume 9 No. 1 January 2021 Volume 8 No. 4 October 2020 Volume 8 No. 3 July 2020 Volume 8 No. 2 April 2020 Volume 8 No. 1 January 2020 Volume 7 No. 4 October 2019 Volume 7 No. 3 July 2019 Volume 7 No. 2 April 2019 Volume 7 No. 2 April 2019 Volume 7, No. 1 January 2019 Volume 7, No. 1 January 2019 Volume 6 No. 4 October 2018 Volume 6 No. 4 October 2018 Volume 6 No. 3 July 2018 Volume 6 No. 3 July 2018 Volume 6. No. 2 April 2018 Volume 6. No. 2 April 2018 Volume 6. No. 1. January 2018 Volume 6. No. 1. January 2018 Volume. 5, No. 4, October 2017 Volume. 5, No. 4, October 2017 Volume. 5, No. 3, July 2017 Volume. 5, No. 3, July 2017 Volume. 5, No. 2, April 2017 Volume. 5, No. 2, April 2017 Volume. 5, No. 1, January 2017 Volume. 5, No. 1, January 2017 Volume 4, No. 4, October 2016 Volume 4, No. 4, October 2016 Volume. 4, No.3, July 2016 Volume. 4, No.3, July 2016 Volume. 4, No. 2, April 2016 Volume. 4, No. 2, April 2016 Volume. 4, No. 1, January 2016 Volume. 4, No. 1, January 2016 Volume. 3, No. 4, October 2015 Volume. 3, No. 4, October 2015 Volume. 3, No. 3, July 2015 Volume. 3, No. 3, July 2015 Volume. 3, no. 2, April 2015 Volume. 3, no. 2, April 2015 Volume. 3, No. 1, January 2015 Volume. 3, No. 1, January 2015 Volume. 2, No. 4, October 2014 Volume. 2, No. 4, October 2014 Volume. 2, No. 3, July 2014 Volume. 2, No. 3, July 2014 Volume. 2, No. 2, April 2014 Volume. 2, No. 2, April 2014 Volume. 2, No. 1, January 2014 Volume. 2, No. 1, January 2014 Volume. 37, No. 2, April 2013 Volume. 37, No. 2, April 2013 Volume. 37, No. 1, January 2013 Volume 37, No. 1, January 2013 Volume 37, No. 1, January 2013 Volume. 1, No. 4, October 2013 Volume. 1, No. 4, October 2013 Volume. 1, No. 3, July 2013 Volume. 1, No. 3, July 2013 Volume. 36, No. 4, October 2012 Volume. 36, No. 4, October 2012 Volume. 36, No. 3, July 2012 Volume. 36, No. 3, July 2012 Volume. 36, No. 2, April 2012 Volume. 36, No. 2, April 2012 Volume. 36, No. 1, January 2012 Volume. 36, No. 1, January 2012 Volume. 35, No. 4, October 2011 Volume. 35, No. 4, October 2011 Volume. 35, No. 3, July 2011 Volume. 35, No. 3, July 2011 Volume. 35, No. 2, April 2011 Volume. 35, No. 2, April 2011 Volume. 35, No. 1, January 2011 Volume. 35, No. 1, January 2011 Volume. 34, No. 4, October 2010 Volume. 34, No. 4, October 2010 Volume. 34, No. 3, July 2010 Volume. 34, No. 3, July 2010 Volume. 34. No. 2, April 2010 Volume. 34. No. 2, April 2010 Volume. 34, No. 1, January 2010 Volume. 34, No. 1, January 2010 Volume. 33. No. 4, October 2009 Volume. 33. No. 4, October 2009 Volume. 33, No. 3, July 2009 Volume. 33, No. 3, July 2009 Volume. 33, No. 2, April 2009 Volume. 33, No. 2, April 2009 Volume. 33, No. 1, January 2009 Volume. 33, No. 1, January 2009 Volume. 32, No. 4, October 2008 Volume. 32, No. 4, October 2008 Volume. 32, No. 3, July 2008 Volume. 32, No. 3, July 2008 Volume. 32, No. 2, April 2008 Volume. 32, No. 2, April 2008 Volume. 32, No. 1, January 2008 Volume. 32, No. 1, January 2008 Volume. 31, No. 4, October 2007 Volume. 31, No. 4, October 2007 Volume. 31, No. 3, July 2007 Volume. 31, No. 3, July 2007 Volume. 31, No. 2, April 2007 Volume. 31, No. 2, April 2007 Volume. 31, No. 1, January 2007 Volume. 31, No. 1, January 2007 Volume. 30, No. 4, October 2006 Volume. 30, No. 4, October 2006 Volume. 30, No. 3, July 2006 Volume. 30, No. 3, July 2006 Volume. 30, No. 2, April 2006 Volume. 30, No. 2, April 2006 Volume. 30, No. 1, January 2006 Volume. 30, No. 1, January 2006 More Issue